A. MAKNA SYAHADATAIN
Syahadatain yang dimaksud adalah syahadat tauhid yaitu persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan syahadat risalah yaitu persaksian bahwaNabi Muhammad saw. adalah utusan Allah.
Sebagai makhluk yang teristimewakan dengan akalnya,manusia diberi amanah kepemimpinan di bumi. Maka ia tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggunngjawaban. Hal ini mengharuskan manusia untuk mengambil sikap yang tepat, sesuai dengan posisinya sebagai makhluk yang berakal. Ia harus mengambil keputusan yang benar berdasarkan pengetahuan yang bebas dari hawa nafsu, terlebih dalam dalam hal yang sangat mendasar dan berimplikasi pada terjadinya penghambaan dan penyembahan. Persaksian tentang tuhan, menuntutnya untuk menyembah (menghamba) tuhan itu. Allah yang telah menciptakan dan menjadikannya sebagai makhluk yang paling terhormat, tidak menghendaki jika manusia menghamba pada sesama makhluk. Demi menjaga kehormatan manusia itu, Allah menurunka petunjuk dan mengutus para rasul yang membimbingnya untuk menemukan dan mengenali Tuhan yang sebenarnya, sehingga manusia tidak menuhankan selain-Nya. Bimbingan dan ajaran yang dibawa oleh para rasul itulah yang selanjutnya disebut Islam, orang yang masuk Islam disebut muslim.
B. URGENSI SYAHADATAIN
1. Syahadatain adalah pintu gerbang Islam
Sayhadat tauhid merupakan pengakuan terhadap ketuhanan Allah yang menurunkan sistem ini kepada Nabi-Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa Muhammad saw. harus dijadikan panutan dalam menjalankan Islam. Dengan mengucapkannya, maka seseorang telah diakui sebagai orang Islam (muslim) yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan muslim yang lain, aman dan damai dalam naungan Islam.
Dalil Al Qur’an: [47:19; 37:35; 3:18; 7:172; 25:23; 39:64-65]
2. Intisari ajaran Islam
Secara global Islam terdiri atas aqidah dan syari’ah. Sisi-sisi lain Islam yang terdiri dari ibadah, akhlak dan mu’amalat merupakan implementasi syahadat tauhid dan syahadat rasul ini.
Dalil Al Qur’an:[2:21; 51:56; 21:25; 33:21; 3:31; 6:162; 3:19; 3:85; 45:18; 6:153 ]
3. Azas perubahan
Ketika hendak membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullah saw. tidak mengawali perubahan itu dari politik, ekonomi, atay yang lain. Beliau saw mengawali dengan merubah apa yang ada di dalam jiwa. Hal paling penting yang ada di dalam jiwa itu adalah keyakinan. Dengan syhadatain itu, terjadilah perubahan besar yang sangat mendasar dalam seluruh aspek kehidupan generasi terbaik itu. Mereka hijrah dari dari jahiliyah menuju Islam, dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang.
Dalil Al Qur’an:[6:122; 33:23; 37:35-37; 85:6-10; 18:2; 8:30]
4. Inti dakwah para rasul
Syahadatain dengan konsepsi semacam itulah yang didakwahkan para nabi dan rasul. Mereka semua mengatakan “Fattaqullah wa athii’uuni!!!” (bertaqwalah kepada Allah dan taatilah aku!)
Dalil Al Qur’an: [60:4; 18:110]
5. Keutamaan yang besar
Banyak fadilah dan keutamaan yang terkandung di dalam syahadatain, di antaranya seperti yang dikatakan Rasul saw. sendiri:
“Barang siapa mengucapkan laa ilaaha illallah, ia masuk syurga"
“Barang siapa mati sedang ia mengetahui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, ia masuk syurga. ”
“Dua kata yang ringan diucapkan namun berat timbangannya,yakni: laa ilaaha illallah, Muhammad rasulullah.”
C. SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN
1. Ilmu yang menghilangkan kebodohan
Makna dan konsekuensi syahadatain hendaklah diketahui secara baik karena Islam tidak menerima pengakuan dan pernyataan yang didasarkan pada ketidak tahuan. Persaksian yang tidak didasarkan pada ilmu akan sangat rapuh karena ia tidak mengakar sebagai keyakinan.
Dalil Al Qur’an : (QS. Muhammad: 19)
2. Keyakinan yang menghilangkan keraguan
Syahadatain didasarkan atas pengetahuan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan akan melahirkan keyakinan yang mantap dan menghilangkan keraguan dalam hati.
Rasulullah saw. bersabda,
“Iman itu bukan angan-angan dan hiasan. Ia adalah sesuatu yang bersemayam di dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan.”
3. Keikhlasan dan bebas dari musyrikan
Syahadatain harus diucapkan dengan ikhlas karena Allah dan tidak ada niatan lain selain mengharap ridha-Nya. Niat yang tidak ikhlas termasuk syirik, padahal Allah tidak mengampuni dosa kemusyrikan.
4. Jujur,bukan dusta
Kemunafikan merupakan perbuatan yang sangat tercela sehingga Allahmenyiksa orang-orang munafik di dasar neraka.
Dalil Al Qur’an : (QS. Al Baqarah: 9)
5. Cinta, bukan benci dan terpaksa
Harus disertai dengan kecintaan bukan dengan kebencian.
6. Menerima bukan menolak
Tidak ada alas an untuk menolak syahadain dan konsekuensinya karena ia hanya akan mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.
7. Patuh melaksanakan, tanpa keengganan beramal
Para ulama menyebutkan bahwa iman harus meliputi keyakinan di hati, ikrar dengan lisan, dan amal dengan anggota badan.
8. Ridha menerima Allah sebagai tuhannya, Rasul sebagai uswahnya, dan Islam sebagai jalan hidupnya
(Jasiman)
D. YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucapkan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi'ar-syi'ar Islam.
Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha' dalam kitab-kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul "Bab Riddah (kemurtadan)". Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu:
1. Syirik dalam beribadah kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: " Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." (An-Nisa': 48)
"... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun." (Al-Ma'idah: 72)
Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara.
Ia berdo'a kepada mereka, meminta syafa'at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma'.
3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, dia itu kafir.
4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam,maka dia kafir.
5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir.
6. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : " Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
7. Sihir, di antaranya sharf dan 'athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"... sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'."(Al-Baqarah: 102)
8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." [Al-Ma'idah: 51]
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
" Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." (As-Sajadah: 22)
Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: "Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksa-Nya yang pedih."
E. KONSKUENSI SYAHADATAIN
1. Konsekuensi "Laa ilaaha illallah"
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.
2. Konsekuensi Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid'ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang. (Fauzan)
F. REALISASI SYAHADATAIN
Kesaksian akan tauhidullah yang dinyatakan seorang mukmin menentukan Allah sebagai tujuan dan orientasi hidupnya; Islam sebagai jalan hidupnya; dan Rasul saw. sebagai teladan dalam menapaki kehidupan. Gaya hidup yang demikian akana melahirkan hati yang bersih dan akal yang cerdas.
1. Hati yang sehat
Hati yang bersih hanya akan diraih apabila orientasi hidup seseorang benar,yaitu orientasi hidup yang ditujukan kepada Allah swt. Hal ini ditandai dengan:
a. Selalu mengharap rahmat Allah (raja’)
Konsepsi ini akan mendorongnya untuk hanya melakukan yang positif dan tidak mengharap balasan kecuali dari Allah. Rahmat Allah lebih luas baginya dibanding dunia dan seisinya sehingga ia tidak mengusahakan kekayaan dunia dengan mengesampingkan rahmat-Nya.
b. Takut hukuman Allah (khauf)
Hal ini mendorongnya untuk selalu selalu menghindari hal-hal negative yang mengundang kemurkaan-Nya, termasuk perkara-perkara syubhat sekalipun. Derita dunia betapa pun beratnya tidak seberapa bila disbanding dengan siksa akhirat.
c. Ketika harapan dan takutnya berpadu pada Allah, pada saat itulah cintanya kepada Allah menjadi subur. Inilah aqidah yang benar yang mempengaruhi keikhlasan niatnya.
2. Akal yang cerdas
Akal yang cerdas dalam pandangan Islam adalah akal yang dapat menjalankan fungsinya untuk:
a. Mentadaburi ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam Al Qur’an. Ayat-ayat ini harus dipahami secara baik sebagaimana ditunjukkan oleh sunnah Rasulullah saw.
b. Mentafakuri ayat-ayat kauniyah yang tersebar dia alam semesta. Pemahaman terhadap ayat-ayat kauniah akan membantu memahami aya-ayat qauliyah. Sebaliknya, ayat-ayat qauliyah mendorong untuk mentafakkuri ayat-ayat kauniyah. Sehingga, pemahaman akan semakin mantap, hujjah semakin jelas, hati semakin yakin dan aqidah semakin kokoh.
c. Dzikrul maut. Tadabur Al Qur’an dan tafakkur alam akan memberikan kesadaran bahwa hidup di dunia ini tidak abadi. Kesadaran bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian dan setelah kematian ada kehidupan baru yang abadi, semakin mengkristal dalam amalyah harian.
Perpaduan yang serasi antara ketiga hal tersebut akan menghasilkan pemikiran Islami dan konsep yang benar.
Seluruh aktivitas hidup mukmin harus selalu disertai dengan niat yang yang tulus ikhlas lillahi ta’ala dan konsep yang benar. (Jasiman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar