” Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
(QS. Al-Jasiyah: 20)
Umar bin Khatatb r.a menceritakan perihal dirinya,“Saya bermaksud menggertak Muhammad, maka aku ikuti ia ketika sedang menghadapkan wajahnya ke arah Masjidil Haram untuk melakukan shalat. Aku dating dan berputar dari balik ka’bah dan berdiri tepat di depannya, maka tidak ada yang menghalangi antara aku dan dia selain sitar (penutup)ka’bah. Akau pegang erat-erat pedangku untuk membunuhnya, aku berhenti sejenak dan Rasulullah saw. Mulai membaca surat Al Haqqah:1-8
Maka bacaannya menghujam jantungku bagaikan anak panah tiada terelakkan. Setelah selesai bacaannya, aku berkata “apa ini?” ternyata beliau terus membaca: “Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.” (Q.S Al Haqqah: 40)
Maka aku katakan, “Mungkin saja ucapan penyair,” Beliau terus melanjutkan bacaannya: ”Dan bukanlah Al Qur’an itu perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S Al Haaqqah: 41). Aku katakan,”Mungkin ucapan seorang dukun”, maka beliau membaca ”dan bukan pula perkataan tukang tenun. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” (Q.S Al Haaqqah: 42). Aku katakan, Darimana datangnya ini?”Beliau lalu membaca:”ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (Q.S Al Haaqqah: 43). Aku katakan, ”Mana aku percaya?” beliau membaca ”Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataanatas nama Kami, niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun darai kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.” (Q.S Al Haaqqah: 44-47). Maka aku berkata dalam hati,”Saya bersaksi bahwa ini adalah benar, bukan ucapan manusia.”Dari percakapan tidak langsung antara Rasulullah dan Umar, kita bisa melihat bahwa Al Qur’an mengandung kata-kata yag dapat berbicara langsung untuk menyemai benih-benih keimanan dan membimbing manusiakeluar dari kegelapan hati menuju nur ilahi.
Begitulah, Al Qur’an memang wahyu ilahi yang senantiasa menerangi pembacanya menuju jalan kebenaran, Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Q.S An Nisaa: 174,
”Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).”
Definisi Al-Qur’an
Secara bahasa, Al Qur’an berasal dari kata qa-ra-a yang artinya ”bacaan”. Kata Al Qur’an berbentuk mashdar dengan arti isim ma’ful yaitu “maqru” (yang dibaca). Di dalam Al Qur’an itu sendiri Allah menggunakan kata qa-ra-a dalam arti membaca ketika dia menjelaskan kepada Rasul-Nya dalam Q.S Al Qiyamah: 17-18). Secara syariat, kitabullah ini didefinisikan para ulama sebagai “kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan/diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, diriwayatkan secara mutawattir dan membacanya merupakan ibadah”
Karakteristik Al Qur’an:
a. Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia (Q.S 20:2)
b. Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara (Q.S 56:77-78)
c. Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al Qur’an (Q.S 2:23, 17:88)
d. Tersusun secara terperinci dan rapi (Q.S 11:1)
e. Mudah dipahami dan diambil pelajaran (Q.S 54:17,22)
Nama –nama Al Qur’an:
(5:15-16)
|
|
Fungsi Al Qur’an
- Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah Swt
- Tuntutnan serta hukum untuk menjalani kehidupan
- Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
- Sebaga mukjizat Rasulullah saw
Keunggulan Al Qur’an:
- Al Qur’an adalah mu’jizat yang abadi (Q.S 4: 174)
- Keunggulan Al Qur’an secara ilmiah (Q. S 96: 1-5)
- Kesempurnaan dan jaminan kemurnian Al Qur’an (Q.S 6: 115, 15: 9)
- Al Qur’an bersifat umum dan universal
Umum: mencakup seluruh bidang / permasalahan manusia (Q.S 6; 38)
Khusus: berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum (Q.S 25:1)
Tilawah Al Qur’an dapat menghaluskan jiwa dari beberapa segi. Ia mengenalkan manusia kepada tuntutan yang harus dilakukannya, membangkitkan nilai uang dimaksudkan dalam tazkiyatun-nafs, menerangi hati, mengingatkannya, menyempurnakan fungsi shalat, zakat, puasa dan haji dalam mencapai maqam ‘ubudiyah kepada Allah ‘azza wajalla. Tilawah Al Qur’an memerlukan penguasaan yang baik tentang hukum-hukum tajwid dan komitmen harian dengan wirid dari Al Qur’an. Al Qur’an dapat berfungsi dengan baik apabila dalam tilawahnya disertai adab-adab batin dalam perenungan, khusyu’ dan tadabbur.
Adabul Tilawah:
- Membaca ta’awudz sebelum membaca Al Qur’an (Q.S 16:98)
- Membaca Al Qur’an secara tartil / perlahan-lahan (Q.S 73: 4)
- Lapang dada menerima Al Qur’an (Q.S 7: 2)
- Mendengarkan baik-baik pembacaan Al Qur’an (Q.S 7: 204)
- Bergetar hatinya dan bertambah imannya (Q.S 8: 2-4)
Akhlak tercela terhadap Al Quran:
- Menyombongkan diri dan berpaling (Q.S 31: 7)
- Menertawakan peringatan ini (Q.S 53: 59-62
- Tidak memperhatikan Al Qur’an (Q.S 47: 24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar