Selamat datang di blognya orang Kediri....
Kami berusaha membuat anda senyaman mungkin....
Jangan lupa komentarnya ya.....
Isi juga buku tamunya.....
Salam dari Blogger Kediri....

=> Abdil Haq Aqimuddin Qowi <=
=> Raden Mas Ciput <=

Minggu, 24 Juli 2011

Majalah Inspire terbaru ungkapkan kerugian dan keuntungan yang dialami Mujahidin

Kemenangan di medan perang dan para Mujahid Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP) yang syahid, menjadi pembahasan edisi terbaru majalah online berbahasa Inggris milik al Qaeda, Inspire yang di sampulnya tertulis : “Kesedihan, Kepuasan dan Aspirasi”.

“Mereka mengeliminasi tentara murtad, mengambil jutaan dollar dari mereka dan mampu memperoleh tumpukan besar ghanimah (rampasan perang)”, ujar AQAP mengenai tentaranya.  Majalah ini juga menyatakan bahwa kelompok itu telah merampas “apapun dari tank, hummers, senjata anti-aircraft, kendaraan lapis baja dan segala macam senjata berat dan ringan”.
Sebuah gambar dalam majalah tersebut menunjukkan tentara Al Qaeda merampas kendaraan lapis baja, untuk membenarkan klaim mereka.
Edisi terbaru Inspire dikemas dengan update terbaru pada kemajuan operasi militer, ancaman terbaru dan komentar dengan arahan jihad global Al Qaeda.  Juga berisi permintaan maaf oleh editor, Yahya Ibrahim untuk keterlambatan rilis majalah ini.  Namun Yahya menegaskan, isi dari edisi kali ini akan menebus keterlambatannya.
“Pertempuran di bagian selatan Yaman telah berhasil membersihkan wilayah tersebut dari pemerintah korup Yaman,” ujar Ibrahim.  “Namun ada harga mahal untuk segalanya.  Selama pertempuran besar berlangsung, kita telah kehilangan saudara terkasih….saudara-saudara dari generasi pertama, salah satu yang bersama kami sejak awal.  Anda akan membaca kisah tentang beberapa martir dalam edisi ini.”
Al Qaeda juga menyatakan bahwa penduduk setempat telah membantu Mujahidin merebut wilayah pesisir.  “Rakyat di abyan telah datang untuk membantu Mujahidin dan bersama-sama, mereka membebaskan ibukota Abyan, kota zinjibar,” lapor Inspire dalam bagian New Flash.
Tindakan tersebut bagi AQAP membuktikan bahwa revolusi populer tidak selalu mengarahkan kepada demokrasi, tetapi untuk menegakkan kembali hukum syariah Islam yang telah lama ditinggalkan.
“Memang benar para pengunjuk rasa menginginkan pekerjaan, kondisi kehidupan yang lebih baik, keadilan dalam semua bidang dan sejenisnya, karena setiap orang normal yang hidup di bawah pemerintah tirani akan merindukan hal tersebut.  Kesalahpahaman para pengamat adalah dalam apa yang syariah tawarkan dan apa yang diinginkan orang,” ujar Syeikh Al Awlaki merespon pertanyaan yang masuk ke email redaksi Inspire.
“Seruan pengunjuk rasa untuk demokrasi dalam seruan untuk hak-hak dasar dan kebebasan, bahwa sebenarnya syariah menyediakan, tidak banyak yang dimiliki demokrasi untuk dilakukan.  Kini mereka telah mengeliminasi tirani partai berkuasa, hambatan telah berkurang untuk kembali berjalan di jalan syariat.  Semua dalam semua, kepentingan bersama kita jauh lebih besar dari klaim Amerika bahwa protes dapat menolong mereka.”
Syeikh Awlaki juga muncul dalam rubrik lain di majalah tersebut.  Rubrik New Flash mengalamatkan serangan drone AS, mengatakan bahwa drone AS tidak dapat menentukan lokasinya atau mengikutinya adalah tanda dari Allah bahwa DIA memprotes apa yang dilakukan terhadap hambanya yang beriman.  Syeikh Awlaki bahkan mengejek AS dengan mengatakan : “Sepertinya seseorang agak marah dengan kita malam ini.”
Meskipun mereka mempublikasikan kemenangan dan kemajuan kelompok mereka, majalah ini juga tidak mengesampingkan kerugian yang dialami Mujahidin.  Sebagai contoh, salah satu obituari mengisahkan keberanian Abu ali al-Haritsi, yang pindah dari Irak ke Yaman untuk melancarkan operasi di sana.  “Di Abyan kendaraannya ditabrak oleh sebuah rudal dari drone AS.  Tidak ada yang tersisa darinya kecuali potongan-potongan kecil daging dari tubuhnya yang menyebar”.
Majalah ini juga tidak lupa membahas syahidnya Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah dengan dua tulisan, “hilangnya seorang pemimpin besar” dan “selamat untuknya telah mencapai tujuannya (syahid-red)”.  Namun kelompok Mujahidin AQAP bersumpah bahwa kematian Syeikh Usamah tidak akan memberikan efek (buruk) untuk masa depan organisasi itu.
“Berita itu membawa kami dalam kesedihan, kepuasan dan aspirasi,” tulis Samir Khan, Mujahid amerika dalam artikel cover majalah tersebut.
“Kesedihan karena kami kehilangan salah satu kaum revolusioner Islam terbesar, kepuasan di zaman modern ini karena kami tahu bahwa ia mencapai tujuannya, apa yang selalu dirindukan oleh Nabi Muhammad SAW, mendapatkan syuhada.  Aspirasi karena kita mengingat jaminan Nabi Muhammad bahwa Jihad akan terus berlanjut sampai Hari akhir”.
Kematiannya juga hanya satu dalam rantai kepemimpinan Al Qaeda.  Khan menulis : “Hidup di Amerika tidak pernah membuat saya berpikir dua kali tentang jalur yang kini saya pilih, meskipun banyak pemimpin Mujahidin telah syahid seperti Abu Layth al-Libi, abu Khabbab al-Masri, Mullah Dadullah, Abu Mus’ab az-Zarqawi dan lainnya.  Bagi saya dan seluruh orang yang mengikuti jalan ini, jihad bukan demi para komandan dan pemimpin, melainkan demi Allah.”
Edisi kali ini juga menyoroti kerugian yang dialami AQAP.  Dan secara bersamaan menyediakan informasi tentang operasi kelompok dan serangan drone AS.
Pemimpin senior, Abu ali al-Haritsi, yang syahid dalam serangan drone AS, juga seorang penembak jitu dan artileri, Fawaz al-Ma’ribi yang syahid dalam operasi di sebuah pos pemeriksaan tentara Yaman.  Setiap artikel berfokus kepada kepribadian mereka dan keberanian mereka dalam pertempuran.
Selain isu-isu tersebut, dalam sebuah halaman tertulis, “Kami meminta saudara-saudara kami di sana untuk menghukum pemerintah Indonesia secepatnya dan untuk memberikan tekanan internasional,” ujar majalah tersebut memberikan dukungannya kepada Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.  Satu halaman penuh berisi kalimat “Datanglah untuk berjihad”.
“Sebuah ungkapan terima kasih khusus diberikan kepada Tehrik-e-Taliban pakistan” yang telah melakukan pembalasan untuk kematian Syeikh Usamah bin Ladin.”  (haninmazaya/arrahmah.com)

Jalan pemberangkatan (Mengenang para syuhada di Somalia)

Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, segala keagungan adalah milik Allah, dan shalawat dan salam semoga tercurahkan untuk Rasulullah.

Gelombang peluru terus berdesingan di hari Senin pagi yang bersejarah ketika handphoneku berdering keras seperti mempunyai berita yang akan menjelaskan rasa tidak nyaman yang aku rasakan. Si penelepon menginformasikan bahwa salah seorang saudara yang terhormat di battalion kami terbunuh di garis depan di pertempuran hari itu. Beberapa jam berikutnya, aku mendengar beberapa komandan dan ulama kami syahid di jalan Allah, dari Tanah Dua Migrasi (Somalia).
Setelah itu, aku mendengar sebuah berita yang amat menyedihkan dari semuanya, yaitu klaim dari Obama bahwa Syaikh kami Usamah bin Ladin telah syahid di Pakistan. Takut karena aku makin lemah karena berita-berita yang menyedihkan tersebut, aku silent kan handphoneku dan beralih kepada musuh yang kami lawan dengan fokus.
Tetapi kematian-kematian (berpulangnya) Mujahidin terus berkecamuk di pikiranku, sampai aku mengingatkan diriku sendiri bahwa hakikat dari jalan ini adalah kepulangan orang-orang, dari kehidupan ini ke kehidupan yang kekal, sedangkan arena jihad adalah platform untuk kepulangan yang cepat langsung menuju tingkatan paling tinggi di Surga Firdaus – dengan izin Allah.
Kepulangan para Mujahidin kami yang tercinta dan keinginan orang-orang di belakang mereka untuk takdir yang sama adalah bukti yang jelas betapa kuatnya kecintaan mereka untuk bertemu Allah yang Maha Kuasa. Mereka bergegas mencari syahid adalah buah dari keikhlasan mereka terhadap Dien Allah.
Ketika salah seorang Mujahidin terbunuh, terlinang beberapa tetes airmata karena kesedihan tercampur dengan kebahagiaan atas kepulangan mereka, yang mana perjuangan mereka melawan pasukan salib dan Zionist berlanjut tanpa jeda sedikitpun.
Hari itu pada saat kami kehilangan beberapa saudara kami, kami melanjutkan misi dan tugas kami seperti tidak ada sesuatu yang serius terjadi. Kami kuburkan syuhada-syuhada tersebut dengan penuh keikhlasan terhadap apa yang telah Allah takdirkan. Semua orang merasa sedih yang mana berubah menjadi kebencian yang bertambah kepada musuh-musuh Allah.
Kami sempat melawan orang-orang murtad beberapa saat yang lalu yang menjatuhkan bendera hitam Tauhid dan menginjak-nginjaknya, tanpa peduli dengan kesucian tulisan di atas bendera tersebut. Darah saudara kami menetes demi menegakkan bendera Tauhid sekali lagi di daerah itu, dan jika mereka diberi kehidupan sekali lagi mereka tetap akan melakukan hal yang sama.
Ini dapat dilakukan karena keyakinan yang tepatri kuat di dalam hati setiap orang beriman dan pejuang untuk Allah. Ada anggota di battalion kami bermigrasi jauh dari Australia, ketika yang lain enak-enakan hidup nyaman di London dan Minneapolis. Beberapa anggota ada yang tua sampai berumur 60 tahunan, dan beberapa yang lain malah belum berumur 18 tahun.
Tetapi mereka didorong oleh faktor yang sama yaitu sebuah keyakinan yang sangat luar biasa yang tidak memiliki penghalang bahasa, kebudayaan atau daerah, dan keyakinan itu tidak meminta kurang melainkan pengorbanan habis-habisan.
Itu adalah sebuah keyakinan yang menyadarkan anggotanya bahwa berhubung kematian adalah pasti, cepat atau lambat semua orang akan merasakannya, lalu kenapa tidak mati dengan kemuliaan syahid karena membela agama Allah yang Maha Tinggi?!
Semua Mujahid memegang keyakinan di dalam hatinya bahwa Allah Sang Pencipta, Sang Pemilik, dan Pemelihara bumi ini, sehingga hanya perintahNya yang harus dipatuhi dan kalimatNya harus dipelihara. Ini bukan sekedar keyakinan yang tidak memiliki tempat di kehidupan sehari-hari orang beriman, tetapi merupakan kompas hidup bagi setiap pemegang keyakinan tersebut. Kompas yang bekerja sebagai pembimbing untuk setiap pemegangnya, baik dia itu berkulit hitam atau putih, miskin atau kaya, muda atau tua; di setiap lahan kehidupan, dari timur ke barat bumi ini dan sepanjang abad maupun millennium.
Keyakinan ini atau disebut “TAUHID”, tidak  pernah membolehkan pengusungnya untuk duduk-duduk santai, ketika mereka mendengar seruan Allah yang Maha Kuasa untuk berdiri dan usaha bersungguh-sungguh dan berperang walau mengorbankan nyawanya dan semuanya yang mereka punya demi menegakkan kalimat Allah di bumi ini.
Karena Akidah yang kuat itulah mendorong orang-orang beriman tak terhitung banyaknya sepanjang sejarah untuk bergerak maju melalui semua lembah dan mendaki semua bukit di muka bumi ini, sedang mereka menghadapi bermacam-macam cobaan, tragedi, semua karena untuk menegakkan panji Tauhid. Berjuta-juta ekspedisi di jalan jihad terjadi sejak zaman Nabi Musa dan seterusnya. Pertarungan-pertarungan dihadapi, begitu banyak perperangan mendapatkan kemenangan dan beberapa mendapatkan kekalahan, begitu banyak tanah-tanah luas yang tersebar di benua-benua dikuasai, dan banyak bangsa dibuat masuk ke dalam pangkuan Islam.  Dua kerajaan paling kuat dan paling ditakuti dipaksa berlutut terhadap battalion Tauhid yang selalu maju, satu demi satu.
Banyak pionir Tauhid yang berpulang, ketika memegang Dien Allah melalui platform Jihad, dengan tiket ke Surga yang dijanjikan. Kemuliaan-kemuliaan tampak di wajah mereka dan tindakan mereka. Salah satunya adalah seorang remaja yang meninggalkan kesempatan untuk menikmati masa muda dan kenikmatannya di Inggris. Dia bertekad untuk mencari kenikmatan dari Allah, dan ridho Allah terhadap perjuangannya, karena itulah dia bermigrasi ke arena jihad Somalia, mendapatkan pelatihan, berperang dan terbunuh dalam pengabdiannya untuk zat yang paling dicintainya: Allah yang Maha Agung dan Maha Suci.
Pemuda itu adalah pemimpin dari unit kami, tetapi bukan sembarang pemimpin. Pionir tauhid lainnya pada hari itu adalah seorang ayah tiga anak berumur 40 tahunan yang merupakan anggota dari battalionku. Dia meninggalkan hidupnya yang nyaman di Amerika hanya untuk memulai kehidupan baru di akhirat yang kekal.
Seorang qori Qur’an yang terkenal meninggalkan studinya di Kairo untuk meninggikan Al-Qur’an di kehidupan setiap hari manusia. Tidak pernah akan kulupakan sholat Subuh ketika dia yang menjadi imam, membacakan ayat-ayat terakhir dari Surat Ibrahim dengan suara yang lembut, dalam, tetapi bertenaga. Semua orang tersebut dan orang-orang lain sebelum dan setelah mereka, mengukir jalan untuk generasi dibelakang mereka, jalan Jihad, penuh dengan kesyahidan, sehingga membuatku memilih tema untuk makalah ini yaitu “The Path of Departures” (Jalan Berpulang)
Banyak di antara mereka yang berpulang dalam kelompok yang besar sekaligus, seperti 70 syuhada di Uhud, syahid di sumur Ma’unah, ratusan ulama Sahabat pada hari Yamamah, para pejuang di hari Jabiyah, orang-orang beriman yang meneteskan darah mereka di negri syuhada di Andalusia, dan beberapa perjalanan lain yang tidak dapat dihitung ketika mereka meninggalkan rumah mereka dan tidak pernah kembali lagi.
Dua dekade yang lalu di Afghanistan, umat Islam secara umum, dan para Mujahid di garis depan pada khususnya, menyampaikan salam terakhirnya untuk untuk Mujahid terakhir di antara sejuta lebih orang yang berpulang di jalan Allah di Afghanistan. Sekarang hampir setiap minggu kami memiliki kafilah-kafilah yang berpulang dari jalan jihad kami, mengingatkan kami kembali dan kembali bahwa jalan ini adalah jalan syuhada.
Setiap hari, kami memiliki kafilah berangkat ke surga *** sebagai syuhada; Ridho dengan mereka Zat Yang Maha Mengetahui.
Apa yang bisa kukatakan terhadap apa yang telah mereka bangun *** ekspresi melemah dan tinta telah kering.
Mereka tidak pernah disibukkan dengan ilusi-ilusi yang mengitari mereka *** Tidak pula kemewahan atau lagu-lagu
Mereka korbankan jiwa mereka untuk mendukung Dien mereka *** dan tidak terpengaruh oleh serpihan-serpihan kehidupan
Mereka mendapatkan syahid yang merupakan impian mereka semua *** dan pada malam itu impian mereka terwujud
Dengan keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa jalan syuhada adalah rute menuju kemenangan terbesar di dua kehidupan, komandan-komandan arena jihad berserta pasukan Tauhid, dengan dukungan oleh ulama-ulama yang benar, semuanya berpulang dari hidup ini mendapatkan impian mereka dari dulu. Beberapa di antara mereka hanya menghabiskan satu hari di jalan ini, berperang hanya di satu perperangan, lalu mendapatkan syahid.
Bahkan faktanya beberapa dari komandan saya pada hari itu, hanya menghabiskan beberapa menit saja bertarung di garis depan perperangan, lalu langsung dipilih oleh Yang Maha Pengasih sebagai tamu-Nya yang terhormat pada malam itu. Sedangkan yang lain seperti Syaikh Usamah, menghabiskan puluhan tahun mencari hari dimana mereka mendapatkan syahid.
Allah yang Maha Perkasa dan Agung berfirman: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapatkan luka maka sesungguhnya kaum kafir itupun mendapat luka yang serupa (pada perang Badar). Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali-Imran(3):140)
Itu adalah kehendak Allah siapa yang dicabut nyawanya kapan dan di mana. Apa yang perlu kita khawatirkan sebagai hamba Allah adalah, bekal apa yang telah kita persiapkan untuk hari itu. Karena kami kehilangan beberapa saudara kami, pemimpin dan ulama pada dekade ini gara-gara gaya barbarian baru perang salib, dan walau banyak di antara posisi mereka dapat dipegang, pengganti mereka sangat dibutuhkan.
Kami sangat percaya dan kami diyakinkan oleh sejarah lagi dan lagi walau kehilangan beberapa orang hebat, ada pemimpin-pemimpin yang lebih hebat dibentuk oleh perang untuk masa mendatang. Kalian orang-orang beriman mungkin adalah sosok yang kami cari itu. Karena kesulitan yang ummat ini hadapi, kontribusi apapun untuk Jihad dan Mujahidin menghentikan serangan musuh-musuh kita adalah penting. Jangan pernah duduk malas-malasan!
Baca dan menulislah, serta sebarkan semuanya yang berhubungan dengan Jihad kita. Belajar, berlatih dan mendapat semua itu bisa membantu dan menolong untuk tujuan kita yang mulia yaitu menegakkan kalimat “La Ilaha illa Allah”
Seperti yang telah dikatakan komandan Abu Mus’ab al-Zarqawi yang kami hormati: “Jadikan seluruh dunia tahu bahwa metodologi kita (Tauhid dan Jihad) tidak akan pernah menyerah pada penghambaan… dan rahim-rahim yang melahirkan Khalid bin Walid dan yang serupanya tetap masih melahirkan orang-orang seperti mereka, melawan arogansi kebatilan dan kedustaan.”
Batalion orang-orang beriman akan selalu bergerak menghancurkan siapa pun yang berdiri melawan mereka. Untuk itulah, orang-orang murtad dari tanah muslim dan tuan mereka, Zionis dan salibis akan musnah di bawah tebasan orang-orang beriman, cepat atau lambat –tanpa ragu– dengan izin Allah.
Dan semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah dan keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang suci lagi benar, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Ditulis oleh saudara Mujahid
Abu Yaser Al-Maqdishy
Diterjemahkan oleh Awang
9 Sya’ban 1432/10 Juli 2011
Mogadishu, Somalia
(Theunjustmedia/arrahmah.com)

Museum Inggris selenggarakan Pameran Haji

British Museum berencana untuk menyelenggarakan pameran ibadah haji terbesar di dunia tahun depan.

Pameran bertajuk “Haji: Perjalanan ke Jantung Islam” akan diselenggarakan dari 26 Januari – 15 April 2012. Dalam pameran tersebut, rencananya akan ditampilkan naskah, buku harian, foto-foto bersejarah, serta sejumlah seni kontemporer.
Direktur museum, Neil MacGregor, menggambarkan haji sebagai momen tertinggi spiritual bagi Muslim yang membentuk gagasan universalitas Islam, dan sebuah fenomena budaya “yang perlu dipahami dengan lebih baik”.
Pameran ini akan dirancang seolah-olah mengajak para pengunjung menjelajahi perjalanan haji itu sendiri. Selain itu, pameran tersebut juga menampilkan karya-karya seniman Saudi kontemporer seperti Mater Ahmed dan Shadia Alem.
“Hal-hal yang sangat indah, karya seni yang agung, telah dibuat untuk dikirim ke Mekah menemani orang-orang,” MacGregor mengatakan, dikutip BBC.
“Kami akan melihat beberapa benda-benda dan semuanya luar biasa,” pungkasnya. (althaf/arrahmah.com)

Mahasiswi Aceh tolak Pemilihan Putri

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslis Indonesia (KAMMI) Aceh meminta pemerintah provinsi setempat mencabut izin pelaksanaan kontes pemilihan putri Indonesia (PPI) karena dinilai menyimpang dari ajaran Islam.

Sikap tersebut disampaikan Koordinator aksi damai muslimah KAMMI Aceh Nurul A’la di bundara Simpang Lima, Banda Aceh, Sabtu (23/7/2011).
Ia menyebutkan kontes PPI yang sedang dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Lhokseumawe itu akan menuai protes seperti saat Qory Sandrioriva dan Juliana Puspita, wakil Aceh pada ajang PPI pada 2009 dan 2010.
“Mewakili kaum muslimah Aceh, kami mengecam dan menolak kontes PPI yang dilaksanakan didaerah ini apalagi mengatasnamakan wakil dari Aceh,” kata Nurul A’la.
Menurutnya, pada saat Qory Sandrioriva mewakili Aceh pada PPI tahun 2010 ada 26 lembaga yang menolak dan mengecam izin yang diberikan oleh Pemerintah Aceh di antaranya 21 organisasi perempuan di bawah naungan Gabungan Organsisasi Wanita (GOW) Aceh Timur dan Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).
Kalangan aktivis dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), KAMMI, Mahasiswa Unimus Bireuen, Koalisi Muslimah Aceh Tengah, hingga Mahasiswa Peduli Aceh (MPA) yang merupakan gabungan mahasiswa Universitas Unsyiah dan IAIN Ar-Raniry juga menolak kontes PPI itu.
“Penolakan keikutsertaan warga Aceh itu juga pernah disampaikan Forum Mahasiswa Aceh Timur Tengah (FMATT), Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir (KMAM), Keluarga Mahasiswa Aceh Sudan (KMAS), Mahasiswa Madinah, dan Mahasiswa Aceh di Yaman,” katanya.
Seluruh komponen aktivis Islam itu mendesak gubernur Aceh mencabut izin dan melarang warga Aceh untuk mengikuti ajang PPI tersebut.
Nurul A’la juga mengatakan peraturan kontes wajib memakai jilbab dan uji baca Al Quran, serta mengaji Yasin bersama selepas maghrib bagi calon peserta hanya kedok semata.
“Peraturan yang ditetapkan di Aceh itu hanya sebagai kedok saja untuk menunjukan bahwa ajang ini telah sesuai dengan Syari’at Islam, pada hal semua kita tahu bahwa ajang itu hanya mempertontonkan aurat dan dinilai oleh golongan yang bukan muhrimnya,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara Tgk H Mustafa Ahmad mengatakan bahwa konte PPI bukan budaya Islam dan tidak tepat bila dilaksanakan di Provinsi Aceh.
“Dalam Islam tidak diajarkan tentang pemilihan putri, apalagi tujuannya hanya untuk dikenal dan ditonton oleh banyak mata termasuk para laki-laki yang bukan muhrimnya,” kata Mustafa Ahmad. (ant/arrahmah.com)

Jumat, 08 Juli 2011

Bupati Laporkan Hasil Penelitian PIRN X ke Presiden

Jombang (beritajatim.com) - Bupati Jombang Suyanto berjanji akan menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) X ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Suyanto mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan mulai 3-9 Juli 2011 di SMA Negeri 3 Jombang itu melakukan penelitian di sembilan titik. Diantaranya,Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Banjardowo, Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU), Desa Rejoso, Kawasan Pemandian Sendang Made di Desa Ngusikan, dan lahan pertanian di Desa Megaluh.

Selain itu, penelitian juga dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian Sedulur Tani (P4S) Desa Banjaragung, Kerajinan Cor Kuningan di Desa Mojotrisno, Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, sentra kerajinan manik-manik kaca Desa Plumbongambang. "Sebagai tindak lanjut, hasil penelitian peserta PIRN akan kami sampaikan ke presiden," kata Suyanto, Selasa (5/7/2011).

Bupati dua periode ini menjelaskan, selama ini banyak aset Jombang yang belum tergali secara maksimal. Nah, pemilihan sembilan lokasi penelitian tersebut dalam rangka memaksimalkan aset-aset itu. Sebelum digelar PIRN, pihak LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) telah melakukan survei. Dan ternyata, kata Suyanto, sembilan titik tersebut dianggap layak.

Wakil Kepala LIPI, Prof. Dr. Endang Sukara membenarkan hal itu. Ia mencontohkan, kerajinan manik-manik Desa Plumbongambang yang bisa menembus pasar sampai pulau Bali. Namun sayang, meski yang memproduksi adalah perajin Jombang, tapi klaimnya adalah Bali. Begitu juga dengan cor kuningan yang bisa menembus pasar unternational.

"Nah, hal-hal seperti itulah yang akan diteliti oleh peserta PIRN ke-10 ini. Masak Bali yang hanya menjual manik-manik lebih terkenal daripada Jombang yang merupakan pembuatnya. Dimana kesalahannya? Hal itu akan terjawab lewat penelitian," kata pria berambut putih ini.

Hasil penelitian tersebut akan diprsentasikan kepada kepala daerah. Dengan begitu akan diketahui aset-aset yang belum tergarap.  "Selanjutnya, kami bersama bupati akan meneruskan atau menyampaikannya kepada bapak presiden," kata profesor berkaca mata minus ini.

Kegiatan yang dilakukan LIPI bekerja sama dengan Pemkab Jombang ini diikuti sebanyak 538 peserta dari 30 propinsi se-Indonesia. Mereka adalah pelajar SMP dan SMA, serta guru pendamping. Praktis, hanya ada tiga propinsi yang absen, yakni Sulawesi Utara, Maluku Utara, serta Riau. [suf/kun]

Sabtu, 02 Juli 2011

Antara jihad, ibadah dan menuntut ilmu

Mukadimah
Beberapa saat yang lalu ada segelintir orang yang menyatakan bahwa berjihad dengan mengangkat senjata dalam rangka menentang penjajahan yang dipelopori kaum kafir seperti yang terjadi di Irak, Palestina, Checnya dan negara-negara lainnya adalah Khawarij, teroris, matinya konyol, ruwaibidhah, dungu, anak ingusan dan berbagai label negatif lainnya.

Ironisnya, kata-kata itu justru keluar dari kalangan yang menisbatkan dirinya kepada ‘Ahli Sunnah’. Salah seorang dari kalangan tersebut dengan terang-terangan menyatakan bahwa Ibnu Ladin lebih berbahaya dari pada Binyamin Netanyaho seorang tokoh Yahudi. Hal ini diucapkan ketika Netanyaho menjadi PM Israil.
Untuk mendudukan masalah tersebut alangkah bijaknya jika kita merenungkan pernyataan sahabat Rasulullah saw yang bernama Umar bin Khattab.
Sebelum lebih jauh membahas pernyataannya radhiallahu  ’anhu, tidak ada salahnya kita sejenak membahas sebagian permasalahan yang terkait dengan sahabat.
Di antara pondasi Ahli Sunah Wal Jama’ah adalah komitmen dengan apa yang telah ditempuh para sahabat dan menjadikan mereka panutan setelah Rasulullah saw. Mereka adalah manusia terbaik setelah nabinya. Sehingga wajar jika Rasul saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masa-ku, kemudian generasi yang datang sesudahnya, kemudian generasi yang datang sesudahnya… (HR. Bukhari).
Juga wajar jika Allah telah ridha kepada mereka, sebagaimana dalam firman-Nya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 100).
Belum lagi jika kita mengkaji pernyataan para ulama baik dari kalangan sahabat maupun generasi-generasi berikutnya. Maka kita akan mendapatkan betapa agungnya ungkapan mereka dalam memuji sahabat. Ibnu Mas’ud berkata: “Barang siapa yang ingin mengambil contoh maka ambillah  dari orang yang sudah meninggal. Karena orang yang masih hidup belum tentu aman dari fitnah. Mereka (yang harus dicontoh) adalah para sahabat Rasulullah saw…”.(atsar ini dinukil dari Minhajus Sunnah, 2/77).
Imran bin Hussein berkata: “Ambilah agama kalian dari kami (para sahabat). Demi Allah, jika kalian tidak melakukannya pasti akan tersesat.”
Dengan demikian, kalangan Ahli Sunnah sangat memuliakan sahabat. Hal ini berbeda dengan kalangan Ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu. Mereka jauh dari sahabat, mencela dan bahkan menghujat sahabat. Sikap mereka hanya semakin menjauhkan diri mereka dari kebenaran dan mengakibatkan mereka semakin tersesat. Sungguh benar apa yang dinyatakan Imran bin Hussein!.
Imam Syafi’i berkata: “Mereka (para sahabat) berada di atas kita baik dari segi ilmu, fikih, agama maupun hidayah. Pendapat mereka untuk kita jauh lebih baik dari pada pendapat kita untuk diri kita sendiri.” (I’lamul Muwaqqi’in, 1/80).
Dalam mengomentari pernyataan Imam Syafi’i, Ibnul Qayyim berkata: “Salah seorang dari mereka mengemukakan pendapat kemudian turun Al Qur’an dalam rangka menyetujui pendapatnya. …Bagaimana tidak, pendapat mereka bersumber dari hati yang penuh dengan cahaya, iman, hikmah, ilmu, wawasan, dan pemahaman tentang Allah, Rasul serta nasihat bagi umat. Hati mereka selalu dekat dengan hati Nabi, di antara keduanya tidak ada perantara. Mereka mengambil ilmu dan iman dari lentera kenabian…”. (untuk lebih lengkapnya silahkan lihat I’lamul Muwaqqi’in, 1/81,82).
Para sahabat telah meninggalkan ‘kekayaan’ yang sangat berharga bagi generasi sesudahnya baik berupa perkataan maupun sikap dalam masalah akidah, fikih, akhlaq dan dakwah.
Umar bin Khattab
Beliau berkata: “Jika bukan karena tiga hal, aku ingin segera bertemu dengan Allah: Jika bukan karena berjalan di jalan Allah (jihad), atau bukan karena aku meletakan jidatku di atas tanah sambil bersujud (shalat), atau duduk bersama sekelompok orang yang sedang memetik perkataan yang baik sebagaimana dipetiknya buah yang baik (menuntut ilmu).” (Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf , 13/272).
Dalam mengomentari pernyataan Umar radhiallahu ‘anhu, Ibnu Taimiyah berkata: “Pernyataan Umar merupakan pernyataan yang sangat sempurna dan integral. Beliau merupakan sosok yang mendapat ilham. Setiap kalimat dari pernyataannya mengumpulkan banyak ilmu seperti tiga hal yang disebutkan tadi. Beliau menyebut jihad, shalat dan ilmu. Sudah merupakan kesepakatan ulama bahwa ketiga hal tersebut merupakan amalan yang paling utama.  Ahmad bin Hambal berkata: “Sebaik-baik amalan yang dipersembahkan seorang hamba adalah jihad”. Imam Syafi’i berkata: “Sebaik-baik amalan yang dipersembahkan seorang hamba adalah shalat”. Sementara Abu Hanifah dan Malik berpendapat: “ilmu”.
Setelah diteliti bahwa setiap dari ketiga hal tersebut saling berkaitan dengan yang lainnya. Dalam satu kondisi bisa jadi yang ini lebih utama dan dalam kondisi lain yang ini justru lebih utama. Sebagaimana Nabi saw dan para khalifahnya melakukan yang ini (jihad), kadang mereka melakukan ini (shalat) dan kadang yang ini (ilmu). Keutamaan amalan itu tergantung pada tempat, kondisi dan maslahatnya. Sementara Umar telah mengumpulkan itu semuannya.” (Minhajus Sunnah, 6/75).
Dengan demikian, di tempat tertentu dan dalam kondisi tertentu jihad bisa menjadi lebih utama. Kalangan yang negrinya terjajah oleh kaum kuffar, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menuntut ilmu karena kondisinya serba terancam. Maka bagi mereka jihad defensif adalah lebih utama dari yang lainnya. Hal ini seperti yang terjadi di Iraq, Palestina, Checnya dan negara lainnya yang terjajah.
Kemudian apakah mereka yang berjihad di sana mengharuskan meminta fatwa kepada ulama yang ada di luar negaranya? Permasalahan ini pernah di jawab oleh Prof. DR. Muhamad bin Abdullah bin Ali Al Wuhaibi (Mantan Ketua Jurusan Tsaqofah Islam Universitas Malik Su’ud). Beliau mengatakan, “Bukan suatu keharusan meminta fatwa kepada ulama luar. Karena yang lebih paham dengan kondisi yang ada di negaranya adalah mereka, penduduk negeri tersebut.” Dan masih banyak ulama lain yang mendukung perjuangan mujahidin baik ulama yang ada di Saudi, Sudan, Palestina, Mesir, Yordan, Indonesia dan ulama berbagai negri lainnya.
Maka wajar jika dalam suatu kesempatan, ketika Rasulullah ditanya amalan apakah yang paling utama? Maka beliau pun menjawab: “Jihad”. Dalam kesempatan lain beliau menjawab: “Shalat tepat waktu.” Begitu pula dengan sikap Ibnu ‘Uyainah yang lebih memilih mengajarkan Al Qur’an dari pada berjihad mengangkat pedang. [*]
Ketika seseorang bertanya kepada rasulullah saw, “Tunjukanlah kepadaku amal yang setara dengan jihad? Beliau menjawab: “Aku tidak menemukan”. Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu sanggup, jika seorang mujahid pergi (ke medan perang), bahwa kamu masuk ke masjidmu lalu kamu mengerjakan shalat malam tanpa henti dan berpuasa tanpa berbuka? Orang tersebut menjawab, “Siapakah yang sanggup melakukan hal itu? (HR. Nasa’i dan semakna dengan hadits ini adalah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim).
Namun dalam kondisi tertentu dan di tempat tertentu menuntut ilmu dan mengajarkannya adalah lebih utama, sebagaimana pernyataan Ibnu ‘Uyainah. Hal ini pun pernah diutarakan oleh DR. Muhamad Al Wuhabi, “Bisa jadi di negara tertentu justru menuntut ilmu dan mengajarkannya adalah lebih utama. Maka tidak semua orang alim harus pergi berjihad sementara di negaranya banyak kebodohan, kesesatan, kemusrikan dan ia pun sangat dibutuhkan di negaranya”.
Bagi kalangan yang belum diberi kesempatan untuk berjihad, maka tidak ada salahnya jika merenungkan pernyataan Sekjen Asosiasi Fuqaha Amerika Prof. DR. Salah Shawi. Beliau menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilakukan, di antaranya:
Pertama: Mempersiapkan keyakinan dan keimanan secara benar (salah satunya dengan menuntut ilmu). Ini artinya pentingnya mendidik mereka menjadi sosok yang paham Islam. Menghidupkan ilmu syar’i secara benar dan memperbaharui syi’ar dan syariat Islam. Karena pada saat ini umat mewarisi pemahaman yang keliru seputar ajaran Islam. Kebodohan seperti inilah yang mengakibatkan kita mengenyam kesengsaraan dan penderitaan.
Kedua: Persiapan dalam menyatukan suara dan barisan (dengan berdakwah).  Sebagaimana firman Allah:” Janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”. QS. Al Anfal: 8              
Bukan rahasia lagi apa yang diderita umat saat ini, yang mana kalangan pergerakan Islam masa kini berselisih, berpecah dan gontok-gontokan. Cukuplah kita mengambil pengalaman dan pelajaran yang pahit dan pedih dalam peperangan Afganistan.
Ketiga: Persiapan kekuatan (I’dad Quwwah).
Dalam permasalahan ini, anda bisa memahami bagaimana jerih payah para dai, murobbi dan muslih. Ini sebenarnya merupakan salah satu mata rantai dalam rangka menghidupkan umat dan bagian dari pada persiapan dalam rangka menegakan jihad. Jika ada yang belum mengetahui makna ini maka bisa jadi dikarenakan kelalaiannya atau salahnya pemahaman.” (Kumpulan Fatwa Shalah Shawi).
Benarlah komentar Ibnu Taimiyah, “Keutamaan amalan itu tergantung pada tempat, kondisi dan maslahatnya. Sementara Umar telah mengumpulkan semuannya.” (Minhajus Sunnah, 6/75).
Dengan demikian, sudah selayaknya masing-masing kelompok untuk menahan diri dan mengenal tugasnya masing-masing. Yang diberi peluang untuk berjihad tidak melabel para penuntut ilmu dan ulamanya dengan qooiduun (orang yang duduk-duduk saja). Begitu pula sebaliknya para penuntut ilmu tidak memberikan label kepada para mujahid dengan khawarij, teroris, mati konyol dan berbagai label negatif lainnya.
Ketika Ibnu Mubarak mendengarkan seseorang melakukan ghibah terhadap saudaranya, beliau bertanya: “Pernahkah kamu memerangi orang-orang Romawi? Dia menjawab:”Tidak.” Pernahkah kamu memerangi orang-orang Persia? Dia menjawab: “Tidak”. Beliau berkata: “Telah selamat dari ucapanmu orang-orang Romawi dan Persia. Sementara saudaramu tidak selamat dari lisanmu.”
Adakah mujahid Ahli Sunnah saat ini?
Permasalahan ini pernah diajukan kepada Prof. DR. Muhamad Al Wuhaibi. Setelah menyebutkan Izuddin Al Qassam, Umar Mukhtar dan yang lainnya (penulis lupa namanya) ke dalam deretan mujahid Ahli Sunnah. Beliau menjelaskan, “Kita melihat Mayoritas Mujahid Ahli Sunnah saat ini ada di Iraq, Palestina, Checnya dan negara lainnya.”
Wallahu a’lam
Abu Mazin, Lc.
[*] Untuk lebih rinci dalam permasalahan macam-macam jihad bisa dilihat dalam Kitab Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim ketika membahas ayat: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (QS. Al  Hajj: 78). Dan masalah ini juga disinggung dalam kitab Miftah Daaris Sa’adah, Ibnul Qayyim.
Source: Elhakimi[.]wordpress[.]com